Senin, Agustus 11, 2008

Maaf, kami (terpaksa) beli buku bajakan

Akhirnya kami berkesempatan juga berburu buku di toko buku terlengkap "Gramedia". Dengan bekal voucher sebesar Rp 660.000 dari Bank Permata via 100buku, membuat kami melangkah mantap untuk memborong puluhan buku yang kami butuhkan. Kalo biasanya kami hunting buku di tempat-tempat yang 'hangat' seperti Kwitang, Terminal Pasar Senin, atau TIM, perburuan buku kali ini dah terbayang lebih nyaman dan tidak bakal kepanasan. Karena kami belum pernah ke Plaza Bintaro, tempat gramedia yang ditetapkan di voucher, kami harus muter2 n tanya sana sini dulu sebelum nyampe di lokasi.
Setelah registrasi voucher di CS yang ramah, kami langsung meluncur ke bagian buku anak-anak. Yang pertama kami cari adalah buku cerita anak nusantara, buku cerita bergambar tipis yang banyak digemari anak-anak SD yang baru belajar membaca. Alhamdulillah, serinya banyak kira2 lebih dari 6 cerita. Kami langsung menyambar buku-buku tersebut. Tapi, sebelum kami masukkan ke dalam tas belanjaan, kami terkejut ketika melirik harganya. Buku sangat tipis tersebut harganya Rp 16.500 per buku. Waduh, kami langsung ragu. Ambil tidak ya. Maklum, buku-buku seperti itu biasanya kami dapatkan di emperan kwitang seharga Rp 10.000 per 3 buku. Emang bajakan sih (maaf ya para penulis), gambarnya jg gak sebagus aslinya. Tapi kami gak nyangka selisihnya sejauh itu.
Kami mencoba melihat di bagian buku remaja, melihat novel-novel religi untuk remaja. Ternyata sama saja, harganya minimal Rp 25.000. Padahal tebal novel tersebut tidak sampai 1 cm. Copian novel tersebut dapat kami temukan di Pasar Senin seharga 10 ribuan. Meluncur ke bagian buku pelajaran tuk mencari buku-buku ilmu pengetahuan umum ternyata sami mawon alias podho wae. Lebih2 buku-buku yang ada embel-embel 'ensiklopedi', mahalnya minta ampun.
Duh, dinginnya ac tak mampu mencegah keringat dingin yang langsung keluar. Kami langsung kegerahan.
Terpaksa kami bikin skala prioritas dari daftar buku-buku yang rencananya akan kami beli. Dengan harga-harga seperti itu, jelas banyak buku yang kami inginkan tidak akan terbeli.
Tapi kami tetep bersyukur, dengan bantuan voucher Bank Permata tadi, banyak buku-buku yang kami impikan bisa terbeli. Termasuk dua buku karya mas Gola Gong, satu novel dan satu kumpulan cerpen, yang dari awal (demi mas gong dan Rumah Dunia) kami niatkan harus beli yang asli. Tapi untuk buku-buku lain yang belum terbeli, mengingat harga aslinya yang sangat mahal (maaf kepada penulis dan penerbit), kami terpaksa nyari yang bajakan aja.
Trimakasih Bank Permata, terimakasih 1001buku, terimakasih Gramedia (tuk ac-nya).