Minggu, Oktober 19, 2008

Memaknai Laskar Pelangi


“PN Timah memang keterlaluan, sudah mengekploitasi kekayaan alam Belitong, mambantu pendidikan warga miskinpun tak mau” Seorang temen dengan emosi ngomel sehabis nonton film Laskar Pelangi.
“Depdikbud (sekarang Depdiknas) juga keterlaluan, bukannya dibantu malah pake batasan jmlh murid segala” temen yang lain menimpali.

Ya, demam Laskar Pelangi emang lagi marak dimana-mana. Film yang menguras emosi tersebut menjadi booming disemua cineplex. Banyak penonton harus rela antri berjam-jam untuk mendapat tiketnya.
Di tengah maraknya film nasional bertema hantu norak dan religi yang mulai menjemukan, kehadiran Laskar Pelangi jelas memberi pencerahan tersendiri terhadap warna film-film Indonesia. Kemampuan Riri Reza dan Mira Lesmana mengadaptasi Novel karya Andrea Hirata tersebut pantas diacungi jempol. Dengan sinematografi yang bagus, tidak salah kalo dibilang film ini sebagai salah satu film adaptasi terbaik.

Tapi ada sedikit kekhawatiran tentang cara kita memaknai film ini. Sebenarnya laskar pelangi menyampaikan banyak pesan kepada kita, tentang tanggung jawab, kepedulian, kebersamaan, kesederhanaan, pengorbanan tuk sesama, semangat dan perjuangan yang tak kenal menyerah, dsb. Dan pesan itu bukan hanya untuk Pemerintah atau BUMN, melainkan juga untuk kita semua, baik sebagai individu maupun masyarakat. Pesan yang, -menurut banyak orang-, pas digulirkan saat ini.
Namun, mungkin masih banyak diantara kita yang tidak (baca : tidak mau) menangkap pesan itu, dan cenderung menyalahkan pihak lain seperti Pemerintah atau PN Timah atas terjadinya kondisi seperti yang dialami murid-mrid SD Muhammadiyah Gantong tersebut.
Jika ini yang terjadi, maka Laskar Pelangi tidak akan berbekas apa-apa. Emosi yang merasuki jutaan penonton hanya akan menimbulkan retorika sesaat yang akan segera hilang ditelan waktu.

Karena itu, ada baiknya Laskar Pelangi kita jadikan sebagai cermin untuk memelototi dan merenungi diri kita sendiri. Agar semangat berkorban dan kepedulian bu muslimah, atau ketabahan dan kegigihan lintang, juga kesetiakawanan ikal-kucai-mahar dan anak-anak lainnya, dapat kita teladani dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.

Tidak ada komentar: