Minggu, Februari 08, 2009

DEMOKRASI YANG MENYAKITKAN

Minggu-minggu ini kita disuguhi paparan berita yang mengenaskan tentang meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara, sebagai akibat demontrasi anarkis yang dilakukan mahasiswa dan komponen mayarakat yang menuntut pemekaran wilayah propinsi Sumatera Utara. Meskipun mungkin mayoritas mayarakat kita tidak puas dengan kinerja DPR dan DPRD, namun berita ini tak ayal mengusik rasa kemanusiaan kita dan mengundang keprihatinan kita semua.

Kita jadi bertanya, sedemikian pentingkah pemekaran sebuah wilayah sehingga harus diperjuangkan dengan mengesampingkan kecerdasan dan norma-norma demokrasi yang santun. Satu hal yang bertentangan dengan status para “pendemo anarkhis” itu yang notabene berlabel “kaum intelektual”. Jika memang pemekaran wilayah ini penting, siapakah sebenarnya yang lebih diuntungkan dengan adanya pembentukan propinsi baru itu, para pejabat baru dengan kekuasaan baru, ataukah rakyat kebanyakan yang tidak punya pilihan. Dan bukankah pembentukan sebuah propinsi baru memang memerlukan proses yang tidak sederhana dan tidak singkat, termasuk perlunya berbagai dialog dan kajian.

Peristiwa di Medan itu mengingatkan kita akan kebenaran ucapan Aristoteles bahwa demokrasi akan sangat berbahaya jika dijalankan oleh orang-orang yang tidak paham akan aturan demokrasi itu sendiri. Kita sadar, kita masih dalam proses belajar ber-demokrasi. Tapi sampai kapan proses itu menjadikan kita dewasa, jika selalu terjadi pencideraan terhadap instrumen-instrumen demokrasi. Dan ironisnya, pencideraan itu justru dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya memberi contoh cara berdemokrasi yang baik, orang-orang yang seharusnya lebih paham ilmu demokrasi dibanding masyarakat kebanyakan.

Tidak ada komentar: